Powered By Blogger

Kamis, 30 Juni 2011

ANALISIS PERUBAHAN KADAR NIKEL SAPROLIT DARI KEGIATAN EKSPLORASI SAMPAI KEGIATAN PENAMBANGAN PADA PT. GANE PERMAI SENTOSA (GPS) KECAMATAN OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROPINSI MALUKU UTARA

OLEH : ARFANDI ISKANDAR ALAM
NPM : 12105 10212 04 028


SKRIPSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Propinsi Maluku Utara memiliki sumber daya alam yang melimpah, dengan potensi yang melimpah itu, Maluku Utara mempunyai prospek yang potensial untuk bahan galian logam dan non logam, seperti nikel-cobalt, tembaga, emas dan perak, yang merupakan komoditi unggulan untuk dikembangkan lebih lanjut. Untuk bahan galian nikel, disepanjang pelosok negara Indonesia didominasi oleh endapan bijih nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan (Laterisasi) batuan ultrabasa Peridotit. Begitu halnya dengan keterdapatan endapan bijih nikel laterit di Propinsi Maluku Utara, khususnya Pulau Obi yang juga keterdapatan endapan bahan galian nikel laterit yang sementara ini di usahakan oleh sebuah perusahaan swasta yakni PT. Gane Permai Sentosa (GPS).
PT. Gane Permai Sentosa (GPS) adalah sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pertambangan yang saat ini sedang melakukan kegiatan penambangan nikel laterit pada areal penambangan blok Loji Kecamatan Obi Utara Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara.
Kegiatan utama dari sistem penambangan yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Gane Permai Sentosa (GPS) adalah dengan sistem penambangan terbuka (Surface Mining) yaitu menambang dari punggung bukit kebawah (Open Cut Mining) dengan membuat Bench (jenjang) sehingga terbentuk bukaan - bukaan. Tahapan kegiatan dalam sistem tambang terbuka disini ialah Land clearing, Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), Penambangan bijih nikel, selanjutnya pengangkutan dan pemuatan bijih nikel.
Kegiatan produksi PT. Gane Permai Sentosa (GPS), senantiasa dikontrol dan diawasi kadar bijih nikel pada saat penambangan, dimana pengontrolan dan pengawasan bijih nikel ini dilakukan baik terhadap kadar air maupun terhadap kadar bijih nikel itu sendiri. Namun untuk memenuhi persyaratan tersebut dari pihak manejmen perusahaan diperhadapkan pada suatu permasalahan, yang mana dari hasil analisis kimia menunjukan bahwa kadar bijih nikel selalu terjadi perubahan (penurunan) setelah dilakukan kegiatan penambangan dan hingga dibawa ke stock yard Efo. Dengan demikian, dari permasalahan inilah sehingga dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari Kegiatan Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan Pada PT. Gane Permai Sentosa (GPS) “.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui berapa besar perubahan kadar bijih nikel saprolit dari kegiatan eksplorasi sampai pada kegiatan penambangan.
b. Untuk mengetahui kemungkinan yang menjadi faktor - faktor penyebab terjadinya perubahan kadar bijih nikel saprolit.


1.3 Permasalahan
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
a. Berapa besar perubahan kadar bijih nikel saprolit dari kegiatan eksplorasi sampai pada kegiatan penambangan.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kadar nikel saprolit tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada perubahan kadar nikel saprolit dari hasil kegiatan eksplorasi sampai kegiatan penambangan serta faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan kadar tersebut.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perubahan kadar nikel saprolit secara praktis. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyesuaikan dan mengurangi terjadinya perubahan kadar Dan sebagai persyaratan studi dalam jenjang Strata Satu (S-1).
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk penulisan skripsi ini disajikan dalam 6 (enam) bab dengan sistematikanya adalah sebagai berikut :
1. Bab satu, merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang dan ruang lingkup permasalahan serta tujuan dari penelitian yang dilakukan.
2. Bab dua, tinjauan umum yang mengemukakan tentang keadaan lokasi penelitian, geologi daerah penelitian, genesa endapan bahan galian dan kegiatan penambangan
3. Bab tiga, tinjauan pustaka yang memuat antara lain kegiatan eksplorasi, proses penambangan, pengambilan conto, dan preparasi sampel
4. Bab empat, metode penelitian yang memuat tentang tahapan penelitian, metode penelitian, variabel penelitian dan analisis data
5. Bab lima, hasil dan pembahasan yang membahas tentang perubahan kadar bijih nikel saprolit dari kegiatan eksplorasi sampai kegiatan penambangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kadar tersebut
6. Bab enam, merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta sebagai saran.


Gambar 1.1
Bagan Alir Penelitian

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah
Lokasi kegiatan penambangan Nikel laterit PT. Gane Permai Sentosa (GPS) yaitu didaerah Loji Kecamatan Obi Utara Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara. Daerah kuasa pertambangan PT. Gane Permai Sentosa (GPS) secara geografis terletak antara 1270 20’ – 1280 05’ bujur timur sampai 010 15’ – 010 55’ lintang selatan.
Untuk menempuh perjalanan ke daerah penambangan Nikel daerah prospek Loji oleh PT. GPS yakni bisa melalui jalur laut. Untuk jalur laut perjalanan dilakukan dari ibu kota Propinsi Maluku Utara Sementara (Ternate) dengan kapal kayu yang memiliki kapasitas 400 sampai 500 penumpang menuju pelabuhan pertama yaitu pelabuhan Babang Kabupaten Halmahera Selatan Kecamatan Bacan Timur, kemudian perjalanan di lanjutkan menuju ke daerah Obi desa pertama yakni Madopolo, dan dilanjutkan ke pelabuhan utama Obi yaitu Desa Jikotamo. Dari Jikotamo perjalanan dilanjutkan dengan perahu motor (Long Boat) dengan kapasitas 10 penumpang menuju daerah Loji. Didaerah tersebutlah dimana dilakukan kegiatan penambangan Nikel laterit.
Secara administratif daerah loji dimana tempat kegiatan penambangan bijih nikel dilakukan berbatasan langsung dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan daerah Kawasi
Sebelah Selatan berbatasan dengan daerah Wayaloar
Sebelah Timur berbatasan dengan daerah Kawasan Hutan
Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Jikodolong

Sumber PT. Gane Permai Sentosa
Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian Daerah
2.2 Geologi Regional
2.2.1. Stratigrafi
Stratigrafi Pulau Obi dan pulau-pulau sekitar Indonesia bagian Timur merupakan konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tumbukan lempeng dibagian barat pasifik. Pulau ini dicirikan oleh “ double arc system “, dibuktikan oleh vulkanik dilengan Barat dan non vulkanik dilengan Timur.
Kondisi geologi dan tektonik Pulau Obi terdapat zona sesar Sorong yang merupakan “strike slip fault” (JA Katili, 1974 ). Sepanjang zona sesar ini, pulau Obi bergerak kearah barat bersamaan dengan lempeng Indo-Australia (Hamilton, 1979).
Berdasarkan peta geologi lambar Pulau Obi, Maluku Utara yang diterbitkan oleh pusat penelitian dan pengembangan Geologi Bandung (T. Apandi & D. Sudana), daerah ini terdiri dari berbagai formasi geologi yang berbeda dalam gabungan batuan dan tektoniknya, antara lain :
1. Formasi Kayasa : breksi dan lava. Breksi berkomponen basal dan andesit, terpilah buruk, pejal. Lava basalan dan andesitan, kelabu, berongga, terkekarkan. (Kesebandingan Dengan Lembar Ternate, Apandi 1981).
2. Formasi Anggai : batu gamping dan batu gamping pasiran, pejal. Fosil foraminifera : menunjukan umur miosen atas sampai pliosen. Sebarannya di Timur Pulau Obi. Ketebalan kurang lebih 500 meter.
3. Batuan Terobosan : stok dan retas diorit dan gabro. Diorite (Tmd); kelabu kehijauan, terdiri dari : palgioklas, ortoklas, piroksen, klorit, kuarsa, bijih dan sedikit zircon. Gabro (Tmg), kelabu berbintik hitam, terdiri atas plagioklas, piroksin, aktinolit dan bijih.
4. Formasi Bacan : breksi dan lava, bersisipan batu pasir tufan dan batu lempung; kelabu kehijauan. Breksi berkomponen andesit, basalt dan sedikit rijang merah. Lava; kelabu kehijauan, andesitan, terpropilitkan, berbarik kalsit dan kuarsa. Sisipan batu pasir dan batu lempung; berlapis baik. Foraminifera menunjukan umur Oligesen – Mieson bawah. Tebal lebih dari 1000 meter, tersingkap di Pulau Obi Tengah dan Pulau Obilatu. Bagian atasnya menjemari dengan formasi fluk dan menindih tak selaras dengan batuan ultramafik.
5. Formasi Fluk : perselingan batupasir, batu lempung dan serpih, bersisipan konglomerat dan batu gamping. Batupasir, kelabu kehijauan, pejal, gampingan : berbutir halus sampai sedang, perarian sejajar. Konglomerat terdiri dari kepingan batuan ultramafik, andesit dan batu gamping. Bagian bawah formasi fluk menjemari dengan bagian atas formasi Bacan. Ketebalan mencapai 1000 m. Sebarannya terdapat di bagian tengah pulau Obi. Satuan ini tertindih tak selaras oleh formasi Anggai.
Dua lajur besar yang membatasi kepulauan obi yaitu sesar Sorong-Sula Utara di Selatan dan sesar Sorong Maluku di Utara (Hamilton, 1978). Sesar Normal, lipatan dan kelurusan terdapat didaerah ini. Sesar normal umumnya merupakan sentuhan tektonik antara batuan ultramafik dengan satuan batuan yang lebih muda. Sesar berarah barat-timur, barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Danau karu dibarat pulau Obi diduga berupa terban yang dibatasi dua sesar yang berarah utara-selatan. Lipatan berkembang baik pada batuan sedimen tersier, berarah barat laut-tenggara, barat-timur, dan utara-selatan. Kelurusan berarah barat laut-tenggara dan barat daya- timur laut. Kegiatan tektonik diduga dimulai pada sebelum jura ditandai dengan munculnya batuan ultra mafik dan malihan. Tektonik berikutnya terjadi pada jura, merupakan penggelaman diikuti oleh pengendapan sedimen formasi Loleobasso. Pada kapur sampai Eosen terjadi pengangkatan dan pemalihan formasi Loleobasso. Pada Oligosen-Miosen terjadi lagi penggelaman diikuti oleh pengendapan Formasi Fluk dan Formasi Bacan; kemudian terjadi lagi pengangkatan disertai kegiatan gunung api, terobosan diorit dan gabro, yang menghasilkan Formasi-formasi Woi, Obit dan Anggai. Fluktuasi ini terus berlangsung sampai sekarang, yang ditunjukan oleh terbentuknya undak-undak pantai dan pertumbuhan batu gamping terumbu disertai kegiatan gunung api.
2.2.2. Litologi
Litologi daerah Loji disusun oleh batuan ultra basa dan terutama batuan peridotit sedikit dunit yang telah mengalami perubahan dengan berbagai tingkatan serta batuan intermediet (dioritik). Batuan ultra basa seperti yang disebutkan diatas berkisar ± 80% dari luas daerah kegiatan dan batuan intermediet berkisar ± 20% penyebaran batuan intermediet berada di sebelah Utara dan selebihnya didominasi oleh batuan ultra basa. Litologi daerah loji juga seperti pada umumnya jalur orogenesis, hal ini dicirikan oleh rekahan-rekahan sepanjang garis tektonik dari batuan dasar. Melalui rekahan-rekahan tersebut intrusi batuan ultrabasa, selanjutnya terjadi pelapukan intensif akibat iklim dan waktu, membentuk endapan laterit nikel.
Mineralisasi terjadi melalui retakan hingga dapat di intrusi oleh batuan ultrabasa dimana batuan ultra basa sebagai batuan induk (hard rock), untuk genesa terjadinya endapan nikel laterit. Proses laterisasi ini terjadi akibat pengaruh oksigen oleh pelapukan yang terjadi akibat pengaruh batuan induk yang bersifat basa, iklim dan topografi yang ideal sangat mendukung terjadinya pengkayaan sekunder dalam proses tersebut.
2.2.3. Morfologi
Morfologi dan topografi Loji disusun oleh morfologi perbukitan bergelombang terjal. Perbukitan bergelombang lemah berada sebelah Utara memanjang dari sebelah timur ke barat. Morfologi ini mempunyai ketinggian 200 – 400 meter dpl dengan kemiringan lereng 400 – 500.
Morfologi bergelombang terjal menempati sebelah selatan daerah kegiatan dan sebagian disebelah barat. Perbukitan umumnya berbentuk agak kerucut dengan punggung agak melebar. Morfologi ini mempunyai ketinggian 150 – 300 meter dpl dengan kemiringan lereng 40 – 500
2.3 Geologi Daerah Penelitian
Secara garis besar struktur geologi daerah penambangan yang berkembang adalah struktur kekar, umumnya kekar berkembang pada batuan dunit dan peridotit yang kadang terisis oleh mineral silika, serpentin, dan garnierit. Mengenai adanya endapan nikel secara geologi dapat disebutkan bahwa pelapukan batuan ultrabasa membentuk lapisan laterit yang menghasilkan residual serta pengkayaan nikel yang tidak mudah larut dan membentuk endapan nikel dan magnesium (MgO) dalam bentuk mineral garnierit (Ni,Mg)3Si2O5(OH)4 pada lapisan saprolit terbentuk pula mineral hematit pada lapisan limonit. Tampak pula batuan ultrabasa yang telah mengalami proses serpentinisasi yang cukup kuat selain oleh keadaan morfologi, pembentukan endapan bijih nikel laterit sangat banyak terpengaruh oleh tektonik setempat. Pelapukan batuan pada hakekatnya dipermudah karena adanya bagian yang lemah seperti rekahan, retakan, sesar dan sebagainya.
Formasi batuan ultra basa dalam lingkungan jalur ini terdapat pula di pulau Halmahera, Pulau Obi, Pulau Gebe, dan pulau Gag yang memiliki petunjuk adanya deposit Nikel laterit yang cukup berarti.

SumberPT. Gane Permai Sentosa 2009

Gambar 2.2
Peta Geologi Regional Pulau Obi
2.4 Iklim Dan Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan yang ada didaerah ini, dengan pengamatan selama dua tahun yaitu pada tahun 2007 dan 2008 diperoleh total curah hujan di tahun 2007 yaitu 40,75 mm dan tahun 2008 yaitu 127,2 mm dengan jumlah hari masing – masing berkisar 11,5 hari dan 13,5 pada bulan November, Desember dan Januari.

BULAN TAHUN
2007 2008 RATA - RATA
CH HH CH HH CH HH
Januari - - - - - -
Februari 281 2 56 4 170 3
Maret 146 13 290 10 170 3
April 100 7 100 7
Mei 59 4 167 11 113 7,5
Juni 236 8 236 8
Juli 261 10 261 10
Agustus
September 227 13 227 13
Oktober 34 3 34 3
November 79 1
Desember 76 1 76 1
Curah hujan tertinggi yaitu pada bulan Desember yaitu 261 mm hari hujan 11,5 dan 13,5 hari. Sedangkan curah hujan dan hari terendah adalah pada bulan Januari yaitu 1,00 dan 0,75 mm hari hujan.
Tabel 2.1
Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2007 / 2008
Sumber PT. Gane Permai Sentosa
Ket :
CH : Curah Hujan ( mm )
HH : Hari Hujan
Derah Pulau Obi beriklim Tropis seperti daerah lain di Indonesia. Iklim ini tidak teratur karena cuaca hujan dan musim panas tidak mengikuti waktunya. Untuk musim hujan biasanya pada Februari sampai November, sedangkan musim panas yakni pada bulan Maret sampai pada bulan Oktober.
2.5 Vegetasi Daerah Penelitian
Daerah Loji merupakan daerah kurang subur karena keterdapatan bebatuan yang mengandung mineral Ni, Fe, Co, dll. Sehingga perkembangan pertumbuhan pepohonan menjadi lambat. Vegetasi daerah Loji terdiri dari hutan dan Pepohonan yang tumbuh yakni pohon kasuari, lorias, pohon tunggal dan tumbuhan rawa serta semak – semak belukar yang menyebar luas.
Sampai saat ini kondisi vegetasi daerah akibat pasca kebakaran daerah kawasi (Loji) dan sekitarnya menyebabkan daerah tersebut menjadi gersang dan tidak aman untuk ditempati karena ada bekas pohon yang terbakar dan dikhawatirkan tumbang.
Pada daerah yang lembab tumbuh – tumbuhan yang hidup adalah rotan, panda hutan, jenis anggrek pinang dan sebagian jenis rumput – rumputan, diameter dari jenis – jenis tumbuhan ini adalah antara 10 – 25 cm.
Vegetasi daerah sekitar penelitian cukup tinggi dan cukup rapat, sehingga dalam pembabatannya biasa menggunakan alat mekanis bulldozer.

Sumber Dokumentasi Penelitian
Gambar 2.3
Vegetasi Daerah Penelitian

2.6 Genesa Endapan Nikel Laterit
2.6.1. Proses Terbentuknya Endapan Nikel Laterit
Endapan bijih nikel yang terdapat didaerah penelitian terbentuk sebagai hasil residual concentration, dan digolongkan dalam jenis nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan kimiawi pada batuan ultra basa peridotit.
Batuan peridotit sebagai batuan induk bijih nikel yang mengandung unsur – unsur mineral utama seperti, mineral garnierite, olivine dan piroksin dimana Ni dari mineral ini merupakan subtitusi dari unsur Fe dan Mg, kandungan unsur – unsur pada mineral ini sangat kecil. Menurut Bolt (1971), kandungan Ni yang terdapat pada batuan peridotit adalah seperti pada tabel 2.2.
Proses pelapukan batuan semakin mudah karena adanya bagian yang lemah seperti rekahan, patahan dan sebagainya. Proses pelapukan yang terjadi pada kondisi curah hujan yang tinggi dan perbedaan suhu yang berlangsung cepat dari pergantian siang dan malam, dimana suhu pada malam hari sangat besar pengaruhnya terhadap dekomposisi batuan dan menghasilkan lapisan tanah laterit yang kaya akan unsur besi (Fe), dan silika yang mengandung unsur – unsur Ni, Co, Al, Mg, Mn, Dan Ca. proses ini disebut proses laterisasi, peranan penting dalam proses ini adalah pelapukan kimiawi yaitu sirkulasi air hujan yang kaya akan unsur Mg dan Ca akan larut dan terbawah bersama – sama dengan air sebagai media transportasi.


Tabel 2.2
Batuan Asal Bijih Nikel
Batuan Nikel (%) Besi Oksida + Magnesium (%) Aluminium + Silika (%)
Peridotit
Gabro
Diorit
Granit 0,2000
0,0160
0,0040
0,0002 43,3
16,8
11,7
4,4 45,9
66,1
33,4
78,7

Proses terbentuknya endapan nikel laterit dimulai dari pelapukan batuan induk peridotit yang mengandung nikel 0,2000%, yang diawali oleh proses serpentinisasi dimana akibat pengaruh larutan Hydrotermal yang terjadi pada akhir pembekuan magma, telah mengubah batuan menjadi serpentin atau peridotit terserpentinisasi. Dimana serpentinisasi batuan asal laterit akan mempengaruhi zona saprolit.
Peridotit yang sedikit terserpentinisasi akan memberikan zona saprolit dengan inti batuan sisa yang keras, dan celah yang ada diisi oleh mineral – mineral garnierite, krisoplas akan kuarsa sedangkan serpentin akan menghasilkan zona seperti yang relative homogen dengan sedikit kuarsa atau garnierite.
Batuan asal endapan nikel adalah peridotit, dimana olivin (Mg2SiO4), pada batuan ini mempunyai kandungan nikel sekitar 0,2000%, air permukaan yang mengandung Co2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh bahan – bahan organis dipermukaan meresap kebawah sampai zona pelindian dimana fluktuase air berlangsung, (lihat gambar 2.4), akibat fluktuase air tanah yang kaya Co2 akan bersentuhan zona saprolit yang masih mengandung jejak – jejak batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin atau serpentin dan piroksin, Mg, Si, dan Ni juga akan larut terbawah sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali, pada rekahan batuan asal, sebagian Mg mengendap misalnya sebagai magnesis yang dilapangan dikenal sebagai akar – akar pelapukan (Roof Of Watering). Sedangkan pada zona saprolit dijumpai pengisian rekahan – rekahan oleh garnierit, kuarsa dan krisoplas yang merupakan hasil pengendapan hidrosilika Mg, Si, dan Ni.

SKEMA PEMBENTUKAN NIKEL.

Unsur-unsur yang tertinggi seperti; Fe, Al, Mn, Cr, dan juga Ni dizona limonit terikat sebagai mineral –mineral oksida seperti hematite, magnetit, dan lain – lain. Selain itu terdapat juga mineral – mineral ‘Spinelkhorom’ serta (accesry chomspinels) sebagai akibat terimigrasinya unsur – unsur Mg dan Si. Jika spinhelkhorom yang tidak berubah selama proses pelapukan dan suatu profil laterit nikel maka dibuat suatu model keseimbangan. Hasil analisis kimia menunjukan bahwa zona tengah yang paling banyak mengandung nikel, sedangkan unsur-unsur Ca, Mg dan karbonat akan mengalir lagi dan dapat terendap sebagai urat – urat dolomit dan magnesit yang mengisi rekahan – rakahan pada batuan asal.
Apabila dilapangan ditemukan urat – urat seperti diatas, maka dapat digunakan sebagai petunjuk akan batas dari zona pelapukan dengan batuan segar atau biasa disebut ‘Roof Of Weatthering’
Sebagai gambaran umum penampang endapan nikel laterit dipulau Obi blok loji adalah sebagai berikut :
a. Lapisan paling atas merupakan lempengan – lempengan oksida besi yang kadar besinya (Fe) cukup tinggi yaitu 50% Fe, terdiri dari tanah laterit yang berwarna coklat kemerahan, biasanya terdapat sisa tumbuhan dan kandungan Ni laterit rendah.
b. Lapisan kedua diantara lapisan pertama dan ketiga, kadar Fe masih cukup tinggi yaitu 25% - 50%, sedangkan kadar nikel kurang lebih 0,5 sampai 1%, berwarna coklat muda.
c. Lapisan ketiga merupakan batuan yang telah lapuk, berwarna coklat kekuning – kuningan sampai kehijauan. Kandungan Ni bertambah secara berlahan sampai 2%, sedangkan kandungan Fe kurang lebih 25%.
d. Lapisan keempat terdiri dari batuan yang kurang lapuk, berwarna hijau terang sampai tua. Pada lapisan ini kandungan Ni 2 – 3%, sedangkan kandungan Fe sudah mulai turun kurang lebih 15 – 24%.
e. Lapisan kelima merupakan zona konsentrasi bijih nikel dengan kandungan Ni sekitar 3%, berupa batuan yang sedikit lapuk dan berwarna hitam kehijauan. Umumnya lapisan ini merupakan pengkayaan bijih nikel.
Iron Cap
50% Fe

Laterit Besi
Ni = 0,5 – 1 %
Fe = 25,0 – 50 %


Ni = 2%
Fe = 25%

Laterit
Ni = 2 – 3%
Fe = 15 – 24 %

Saprolit
(Zona Konsentrasi Ni)
Ni = 3 %



Batuan Asal
Ni = 0,2%
Fe = 10,0 %


Gambar 2.5

Profil Endapan Nikel Laterit
2.6.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Endapan Bijih Nikel
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan bijih nikel adalah batuan asal, struktur geologi, topografi dan waktu biologi.
1. Batuan asal : adanya batuan asal merupakan syrat utama terbentuknya endapan nikel laterit. Batuan asalnya adalah peridotit yang termasuk jenis batuan ultra basa dengan kadar Ni sekitar 0,2 - 0,3%. Batuan asal ini mengandung unsur – unsur Ca, Mg, Si, Fe, Co, Cr, Mn, dan Ni. Kemudian batuan asal ini mengalami dekomposisi akibat pelapukan secara kimiawi dan mekanis, dimana kandungan nikelnya akan terkonsentrasi pada tempat – tempat tertentu dan membentuk endapan bijih nikel.
2. Struktur geologi : struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan bijih nikel adalah rekahan (Joint) dan patahan (Fault). Adanya rekahan dan patahan ini akan mempengaruhi dan mempermudah rembesan air kedalam tanah dan akan mempercepat proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu, rekahan dan patahan akan dapat pula berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan – larutan yang mengandung Ni.
3. Topografi : secara teoritis daerah yang baik untuk tempat pengendapan bijih nikel adalah punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10 – 300 dimana pada tempat ini pelapukan secara mekanis dan kimia memungkinkan terbentuknya endapan bijih nikel. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh kepermukaan lebih banyak mengalir dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yang terjadi adalah erosi intensif, unsur – unsurnya ikut tererosi. Dan pada daerah ini, pelapukan kimia hanya sedikit sehingga menghasilkan endapan bijih nikel yang tipis, seperti pada enadapan bijih nikel oksidasi. Pada daerah yang rata, pada setiap musim hujan, hasil erosi dari bagian yang tinggi akan menutupi bagian yang rendah, sehingga air hujan dan asam humus tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan proses pelapukan terhadap batuan secara berulang – ulang. Setiap musim hujan, hasil erosi yang baru akan menutupi yang lama. Akibatnya intensitas pelapukan tidak memungkinkan terbentuknya endapan bijih nikel pada daerah yang rata hanya terbentuk tanah penutup yang semakin tebal.
4. Waktu biologi : faktor yang sangat penting pada proses pelapukan adalah transportasi dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu cepat maka endapan bijih nikel yang terbentuk sangat tipis. Endapan bijih nikel didaerah tanah Loji dan sekitarnya mempunyai profil tanah yang hampir sama. Perbedaan – perberdaab dilapangan tergantung pada bentuk morfologi, kegiatan erosi atau mungkin oleh pengaruh struktur geologi lainnya.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Kegiatan Eksplorasi
Penentuan layak atau tidaknya suatu kegiatan penambangan ditentukan oleh kualitas dan jumlah cadangan endapan bahan galian tersebut. Salah satu sifat dari bahan galian adalah terdapat dipermukaan bumi maupun dibawah permukaan bumi secara tidak merata. Bahan galian yang terdapat disuatu tempat bukan merupakan kumpulan dari bahan galian yang murni, kebanyakan keadaan masih bercampur dengan bahan galian/material lainnya. Tujuan kegiatan eksplorasi adalah untuk mengetahui penyebaran jumlah cadangan dan kadar dari suatu endapan bahan galian serta juga untuk mengetahui keadaan, posisi atau letak bijih dan lapisan batuan sekelilingnya (Country Rock). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari suatu endapan bijih, menentukan metode dan sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan penambangan endapan bahan galian. Untuk mengetahui kadar pada suatu endapan bahan galian maka diadakan kegiatan eksplorasi, yaitu segala cara penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti adanya bahan galian dan sifat serta letak bahan galian dibawah permukaan bumi dengan cara dilakukannya pengeboran.
3.1.1. Eksplorasi Pendahuluan
Dalam eksplorasi pendahuluan ini, tingkat ketelitian yang diperlukan masih
kecil sehingga peta – peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga mempunyai skala yang relatif kecil. Sebelum memilih lokasi – lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta – peta yang sudah ada ( dari survei survei terdahulu), catatan – catatan lama, laporan temuan dan lain – lain, lalu dipilih daerah yang akan disurvey. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor – faktor geologi regional dan propinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses – proses geologi yang pernah terjadi, singkapan – singkapan batuan pembawa bahan galian dan yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan /batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringannya), orientasi sesar dan tanda – tanda lainnya.
3.1.2. Eksplorasi Detail
Setelah tahap eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan eksplorasi tahap detail. Kegiatan utama dalam tahap ini ialah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk memdapatkan data – data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
3.1.3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan, dan rencana investasi penambangan. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
3.1.4. Pelaksanaan Kegiatan Pemboran
Pelaksanaan kegiatan pengeboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun kemudian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.
Kegiatan pemboran juga dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran yang digunakan bergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami kendala akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk teratur. Sedangkan spasi pada lubang borbergantung pada tipe mineralisasi dan kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama digunakan untuk mengidentifikasi struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan. Tipe spasi untuk endapan urat adalah 25-50 meter sedangkan untuk endapan stratiform spasinya antara 100 meter sampai beberapa ratus meter (Dr. Ir. Sudarto Notosiswoyo dkk. 2000)
Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tersebut maka lubang bor pertama dapat digunakan untuk orientasi. Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu zona mineralisasi.
3.1.5. Proses Pengambilan Conto Pada Kegiatan Eksplorasi
Ditinjau secara umum proses pengambilan conto dimaksudkan untuk mengambil sebagian kecil dari suatu massa yang besar, dimana diharapkan sebagian kecil massa tersebut cukup representatif untuk mewakili keseluruhan massa yang diwakilinya. Pengambilan conto dilakukan dengan cara pemboran, dari cara pemboran ini diharapkan dapat diidentifikasi lebih teliti penyebaran bijih nikel secara vertikal sedangkan penyebaran secara horizontal dapat diperoleh dengan menggabungkan beberapa titik.
Conto dari hasil kegiatan eksplorasi atau kegiatan pemboran disusun dalam core box menurut kedalaman satu meter. Setelah selesai pemboran conto dibawah ke Sampel House (Rumah Conto) dan kemudian dimasukan kedalam kantong conto dan diberikan kode seperti lokasi tempat pengeboran, kedalaman titik bor, nomor conto, dan nomor titik bor. Selanjutnya dikirim kebagian persiapan conto untuk kemudian dipreparasi guna keperluan analisa kimia.
3.1.6. Penentuan Kadar Eksplorasi Bijih Nikel
Pada kegiatan eksplorasi, penentuan kadar nikel laterit merupakan bagian yang terpenting untuk menentukan jumlah cadangan yang telah ada. Penentuan kadar bijih nikel yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut Of Grade (COG) yang telah ditetapkan sehingga dari data kadar rata – rata tiap meter kedalaman lubang bor dapat ditentukan kadar dari titik bor tersebut.
Cut of grade (COG) menurut defenisi memiliki dua pengertian, yaitu sebagai berikut :
1. Kadar terendah dari suatu endapan bijih nikel yang masih dapat memberikan keuntungan apabila ditambang.
2. Kadar rata – rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih menguntungkan apabila ditambang sesuai dengan teknologi dan nilai ekonomis saat ini.
Penentuan kadar cadangan eksplorasi suatu daerah yaitu dari hasil pemboran pada kegiatan eksplorasi yang dianalisa di laboratorium kimia. Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata – ratakan mulai dari kadar dibawah sampai diatas cut of grade.
3.2 Kegiatan Penambangan
Penambangan bijih nikel yang diterapkan pada PT. Gane Permai Sentosa (GPS) dilakukan secara tambang terbuka (Open Cut Mining), dimana sistem penambangan memotong sisi bukit atau sistem pemotongan menurut garis kontur umumnya dimulai dari atas puncak gunung menurun kebawah pada sisinya hal ini digunakan untuk pembuatan jenjang dan sifat penambangan dilakukan dengan (Selective Mining), yaitu memilih daerah – daerah tambang bijih nikel yang mengandung kadar – kadar tertentu saja.
Untuk memisahkan bijih nikel dari batuan induknya dilakukan dengan alat gali Excavator PC 300 dan PC 200, alat mekanis ini dalam melakukan operasi penambangan bijih hasil pemisahan tersebut diletakan pada suatu tempat tertentu (Pit). Bijih yang tertambang langsung dimuat oleh alat muat Excavator kedalam alat angkut Dump Truck (DT) nissan diesel kemudian diangkut langsung ke tempat penumpukan ore (Stock Yard).
Tahapan penting yang dilakukan pada kegiatan penambangan di pulau Obi areal penambangan blok Loji adalah sebagai berikut :
1. Pionering And Clearing
Kegiatan ini merupakan langkah awal yakni persiapan peralatan tambang yang akan digunakan, pembuatan jalan – jalan tambang dan menyingkirkan material – material dan pepohonan (Land Clearing) yang menutupi endapan bijih nikel dengan menggunakan alat alat mekanis Buldozer tipe D7G.
2. Stripping Of Overburden
Setelah clearing sebagai tahap awal dari kegiatan pekerjaan penambangan dilakukan, maka dengan alat yang sama selanjutnya dilakukan pengupasan tanah penutup (Stripping Of Overburden). Pada proses pengupasan tanah penutup, tanah penutup hasil gusuran tersebut dibuang kedaerah bekas penambangan atau diangkut ke tempat pembuangan (disposal area), hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan.
3. Penambangan Bijih Nikel
Penambangan bijih nikel pada kuasa pertambangan pulau Obi daerah Loji dilakukan setelah lapisan tanah penutup (Overburden) habis tergusur, penambangan hasil bijih nikel (Saprolit Ore) dilakukan dengan alat – alat mekanis. Penambangan dilakukan pada batas – batas tertentu dimana kadar masih memenuhi standar kadar pengapalan sebagaimana telah ditetapkan. Pada PT. Gane Permai Sentosa (GPS) hanya dilakukan penambangan bijih nikel kadar tinggi dengan Cut Off Grade (COG) Ni lebih besar dari atau sama dengan 1,8% dan Fe lebih kecil dari atau sama dengan 25% Fe.
4. Pemuatan (Loading)
Setelah melakukan penambangan bijih maka dilanjutkan dengan memuat ore kedalam alat angkut nissan diesel. Pemuatan untuk satu unit alat angkut dapat dilakukan lima (5) kali oleh alat muat excavator dengan kapasitas bucket 2.8 ton. Mekanisme kerja dari alat muat adalah : Gali, putar isi, tumpah, putar kosong, dan selanjutnya menurunkan bucket untuk gali berikutnya.
Waktu edar excavator : gali + putar isi + tumpah + putar kosong, dengan rata – rata waktu edar adalah 16,5 detik.

5. Pengangkutan (Hauling)
Untuk pengangkutan ore bijih nikel pada kuasa pertambangan PT. Gane Permai Sentosa (GPS) dengan menggunakan Dump Truck (DT) nissan diesel, dengan kapasitas 14 ton dan melakukan pengangkutan langsung ke tempat penumpukan ore (Stock Yard EFO). sebelum ore di timbun ke EFO, material ore terlebih dahulu dibawa ke Sampel House (Rumah Conto) untuk pengambilan sampel yang dilakukan per dua ritasi untuk satu Incerement dan untuk mempercepat keluar data kadar dan mempermudah pengklasifikasian kadar, maka yang ditetapkan maksimal satu tumpukan adalah 50 rit. Setelah hasil anilsa kadar keluar dari laboratorium kimia PT. Gane Permai Sentosa (GPS), kadar yang sesuai dengan ketetapan standar kadar pengapalan siap untuk dikapalkan.

Sumber PT. Gane Permai Sentosa
Gambar 2.7
Diagram Alir Penambangan
3.3 Proses Penambangan
Pengamatan penelitian ini di fokuskan pada pit santika areal penambangan blok Loji daerah Obi PT. Gane Permai Sentosa (GPS), yaitu pada titik bor CL00570, spasi pemboran 50 meter dengan jumlah sampel sebanyak 21.700 ton untuk 31 tumpukan. Umumnya proses penambangan dimulai dari pengupasan overburden dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk mengangkat/membersihkan bagian atas material, langkah selanjutnya ialah melakukan Channel Sampling yaitu suatu cara pengambilan conto dengan membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur seragam dengan ukuran 5 (lima) meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna putih untuk penandaan conto sementara dianilsa dilaboratorium kimia. Setelah kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang telah ditetapkan, sedangkan kadar yang tidak memenuhi COG dianggap overburden, Waste dan Bed Rock. Pada proses penambangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan upaya mengantisipasi terjadinya perubahan kadar, yaitu 1. Teknik penggalian/pengambilan bijih, 2. Pengontrolan terhadap pengotoran (dillusi ).
1. Teknik penggalian/pengambilan bijih
a. Karakteristik endapan.
Karakteristik endapan yang cocok ditambang dipengaruhi oleh pola penyebaran endapan, kekerasan, dan kelunakan bijih. Badan bijih dapat berbentuk teratur atau tidak (massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin rendah kemiringan maka akan semakin mudah proses penggalian.
b. Keseragaman kadar
Keseragaman kadar yang bervariasi adalah hal yang harus diperhatikan dalam penambangan, dengan mengetahui penyebaran kadar pada daerah tertentu, maka dalam penambangan dapat diperhitungkan untuk melakukan mixing/blending agar mencapai kadar sesuai dengan yang diinginkan.
c. Kombinasi peralatan.
Maksud dari pemilihan kombinasi peralatan adalah untuk memperhitungkan keefektifan operasi penambangan dimana dengan peralatan yang cocok, baik dalam pekerjaan pengupasan tanah penutup maupun pekerjaan produksi mendapat perolehan yang maksimal. Hal – hal yang mempengaruhi pemilihan kombinasi peralatan meliputi ukuran badan bijih, distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup.
d. Produksi yang diinginkan.
Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan tonase yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata – rata terendah yang masih dapat di blending dengan material lain sehingga mendapatkan material bijih sesuai dengan yang diinginkan. Dimana saat kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG seperti tersebut diatas, maka perlu adanya pertimbangan lain, misalnya meneruskan penggalian dan hasilnya akan di blending dengan material dengan kadar bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak meneruskan penggalian karena akan menambah biaya operasional terutama untuk peralatan.
2. Pengontrolan terhadap pengotoran (dillusi)
Pengotoran pada bijih akan mempengaruhi kadar yang didapat. Pengotoran disebabkan karena adanya material yang tidak berharga yang ikut tercampur dalam bijih (ore). Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya pengotoran bijih, yaitu sebagai berikut :
a. Posisi waste dan bijih, dan cuaca
Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air atau hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai material waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk massive/tidak beraturan.
b. Keadaan bijih.
Biasanya bijih yang berbentuk boulder maupun yang berada didekat boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi. Permasalahannya adalah sangat sukar bagi alat untuk menambang bijih yang dekat dengan boulder.
3.4 Pengambilan Conto
Pengambilan conto dari kegiatan penambangan pada PT. Gane Permai Sentosa (GPS) berpedoman pada prosedur Japanesse Industrial Standart (JIS) dan dapat dilakukan dengan cara mengambil satu incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg.
Conto yang telah diambil dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap conto pada pit/areal yang sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut dikirim ke preparasi conto yang tertulis seperti kode pada pit penambangan, nomor titik bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan seperti contoh :
- 17/10/09 SANTIKA/EFO/CL00570
- 18/10/09/SANTIKA/ETO/CL00570
3.5 Preparasi Sampel
Preparasi conto adalah pekerjaan mempersiapkan contoh sebelum dikirim ke laboratorium untuk dianalisa kadarnya. Contoh yang akan dianalisa kadarnya dimasukan ke preparasi conto terlebih dahulu untuk direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari conto tersebut, sehingga didapat conto setelah dianggap homogen. Hasil contoh yang telah direduksi jumlah maupun ukuran butirnya dibagi dalam dua laboratorium yang berbeda, sebagian conto dibawah untuk analisa kimia laboratorium dan sebagian conto disimpan sebagai arsip.
Alat – alat yang diperlukan dalam pekerjaan preparasi conto hasil penambangan adalah sebagai berikut :
1. Alat pengering conto yang terdiri dari :
- Talang penjemur (Lihat Lampiran)
- Drying oven (Lihat Lampiran)
2. Alat pengaduk conto terdiri dari :
- Sekop conto (Lihat Lampiran)
- Mixer Automatic type – Y (Lihat Lampiran)
3. Alat penghancur conto terdiri dari :
- Jaw crusher (Lihat Lampiran)
- Pul verizer (Lihat Lampiran)
- Roll crusher
- Super crunch
4. Sieve (ayakan)
Conto yang dipreparasi mengikuti tahapan – tahapan prosedur sebagai berikut :
1. Buka Check Sampel dalam kantong yang berisikan sampel kemudian dipisahkan
2. Letakan sampel – sampel ditalang untuk dilakukan pengeringan
3. Keringkan sampel dalam drying oven kurang lebih tiga jam
4. Haluskan sampel dengan jaw crusher untuk memperoleh sampel ukuran -10 mm
5. Ayak/haluskan sampel dengan ayakan -5 mm dan doubel roll crusher untuk memperoleh hasil sampel ukuran – 3 mm
6. Lakukan mixing selama 3 kali
7. Matrix 4x5 sekop 3D diperolah berat sampel kurang lebih 500 gram
8. Keringkan sampel dalam drying oven selama 15 – 30 menit
9. Haluskan sampel dengan super crunch untuk memperoleh hasil sampel ukuran -1 mm
10. Haluskan sampel dengan pul verizer untuk memperoleh hasil sampel ukuran kurang lebih 200 mesh
11. Lakukan mixing selama 5 menit secara manual (sampel diletakan dalam plastik dan kemudian digoyangkan dengan tangan)
12. Contoh yang dihasilkan – 200 mesh, selanjutnya dimasukan kedalam mixer type Y untuk di mixing secara otomatis selama 15 menit. Setelah itu dikeluarkan dari mixer dan dimatriks 5x4 dengan sekop 1D, dan dimasukan kedalam kantong sampel. Dari setiap 20 bagian, pengambilan dibagi tiga, yakni kantong A untuk analisa laboratorium, untuk kantong B dibuat Arsip dan untuk kantong C dibuat Remainder.
3.6 Presentase Perubahan Kadar
Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan eksplorasi dengan kegiatan penambangan selalu mengalami perubahan. Untuk mengetahui seberapa besar presentase perubahan kadar, dengan cara membandingkan kadar dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil kegiatan penambangan pada titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
q2 – q1
Q = x 100% ................................................................................ ( I )
q2
Dimana :
Q = Presentase perubahan kadar
q2 = Kadar hasil kegiatan penambangan
q1 = Kadar eksplorasi




BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Tahapan Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dalam tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. Studi literatur
Studi literatur dijadikan sebagai pedoman dasar pada kegiatan penelitian dan penentuan langkah – langkah yang bersumber pada referensi – referensi dan juga sejumlah informasi yang terdapat dilokasi penelitian yang sesuai dengan pokok permasalahan.
2. Pengamatan lapangan
Pada tahap ini dilakukan untuk mengamati secara langsung lokasi kegiatan penambangan yang terjadi perubahan kadar nikel saprolit.
4.1.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yakni dalam mengevalusi secara teknis jalannya kegiatan penambangan hingga terjadinya perubahan kadar nikel saprolit dilakukan dengan mengadakan pengamatan lapangan yang disertai dengan interviu antara peneliti dengan pengawas lapangan yang bertugas/grade control. Yang menjadi konsentrasi peneliti dalam pengumpulan data di lapangan ialah dimulai dari proses awal penambangan (pegupasan tanah penutp) hingga ke titik akhir proses penambangan (pengapalan). Hal ini dilakukan untuk memperoleh data – data yang dibutuhkan yang meliputi :
a. Data sekunder, yakni data – data yang menjadi pertimbangan dalam pengolahan data primer seperti misalnya data curah hujan, geologi, dan sebagainya.
b. Data primer yakni keseluruhan data yang menjadi subyek dalam pengolahan data dilapangan seperti data mengenai alat yang digunakan, pengambilan conto, pengawasan stock yard.
4.2 Variabel Penelitian
Adapun variabel dari penelitian ini meliputi kegiatan penambangan, analisis kadar penambangan (proses pengambilan conto) penggalian/pengambilan bijih dan pengontrolan ore pada stock yard.
4.3 Bahan Atau Materi Penelitian
Bahan dan materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yakni disiapkan oleh peneliti dan pertanggung jawaban atas apa yang telah diteliti selama berada dilokasi perusahaan yakni berupa : kertas HVS dan Kwarto, buku catatan serta referensi – referensi yang menjadi patokan dalam penelirian yang relevan dengan pokok permasalahan serta interview antara peneliti dan pembimbing lapangan.
4.4 Alat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan membutuhkan berbagai alat yang menjadi faktor pendukung dalam menunjang penelitian ini. Sehingga peralatan yang digunakan dalam penelitian ini seperti, alat tulis menulis, kalkulator, digital kamera, komputer, safety (dari pihak perusahaan) dan fasilitas lain.
4.5 Analisis Data
Adapun data–data yang dikumpulkan akan dilakukan analisis. Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan kapasitas nyata dari hasil kegiatan eksplorasi sampai kegiatan penambangan. Dengan memperhitungkan persentase perubahan kadar dan faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kadar tersebut.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kadar Eksplorasi Nikel Saprolit
Berdasarkan operasi kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan pada beberapa titik bor untuk pit santika khususnya pada titik bor CL00570 dengan kedalaman 1-6,5 meter (lampiran 1) dengan kuantitas sebesar 390.000 ton (lampiran 2) yang menjadi objek peneliti, diketahui bahwa bijih nikel yang terkandung tidak semuanya berkadar tinggi (saprolit). Dari sinilah dapat diketahui pula bahwa dalam spasi 50 meter antara jarak titik bor penyebaran saprolit ini tidak bervariasi. Dari hasil analisis laboratorium yang dilakukan pada pit santika untuk satu titik bor menunjukan bahwa kadar bijih nikel saprolit mengalami fluktuasi/perubahan, dimana pada titik bor CL00570 dengan spasi 50 meter antara titik bor ini didapat kadar rata – rata Ni = 3.58 saprolit ore.
5.2 Kadar Penambangan Nikel Saprolit
Sebelum dilakukan loading ke stock yard, pengawas yang bertugas (Grade Control) yang senantiasa mengawasi kegiatan penambangan dalam upaya melakukan pengawasan terhadap kadar, ketika kadar bijih nikel masih diragukan maka dilakukan channel sampling untuk lebih memastikan kandungan kadar.
Untuk kadar nikel pada kegiatan penambangan yang diloading ke stock yard EFO (eksportabel Fine Ore) di khususkan pada pit santika dengan titik bor CL00570 dengan kadar rata – rata Ni sebesar, 2.02 saprolit ore.
5.3 Perubahan Kadar Nikel Saprolit Dari Kegiatan
Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan
Untuk mengetahui besarnya perubahan kadar dari kegiatan eksplorasi sampai kegiatan penambangan, maka perlu dilihat titik bor yang tertambang agar dapat dicocokan dengan data pemboran eksplorasi seperti yang tertera pada (lampiran 1) dan data hasil yang tertambang pada (lampiran2).
Dari hasil yang telah diperoleh khususnya untuk pit santika areal penambangan blok Loji PT. Gane Permai Sentosa (GPS) didapat perubahan kadar dengan presentase sebesar 77.22% dari hasil loading ke stock yard.
Kadar rata – rata dari data kadar eksplorasi dan data kadar penambangan yang dapat dihitung dengan cara :
Data kadar keseluruhan tiap elevasi bor ditambahkan dan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan tebal nikel laterit yang didapat.
Kadar eksplorasi Ni1 = 1.67, Ni2 = 2.15, Ni3 = 3.62, Ni4 = 5.04, Ni5 = 3.75, Ni6 = 3.66, Ni7 =3.42 saprolit ore.
Tebal nikel laterit yang didapat = 6.5 meter.
Kadar rata – rata Ni = Ni1 + Ni2 + Ni3 + Ni4 + Ni5 + Ni6 + Ni7 = 23.31
Tebal Nikel Laterit = 6.5
Atau sama dengan ∑Ni = ∑k = 23.31
∑t 6.5
Didapat kadar rata – rata = 3.58 saprolit ore.

Sedangkan kadar rata – rata dari hasil kegiatan penambangan adalah sebesar 2.02 saprolit ore. Sehingga menghasilkan perubahan kadar dengan presentase 77.22%.
5.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Kadar
5.4.1. Operasi Kegiatan Eksplorasi
Suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan dan perilaku suatu endapan bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana suatu endapan terbentuk (terakumulasi), penyebaran dan bentuk (geometri) serta kadar setelah dilakukannya kegiatan pengeboran.
1. Grid (spasi) Pemboran
Pola pemboran yang dipakai pada lokasi penambangan areal Loji PT. Gane Permai Sentosa (GPS) adalah dengan mengikuti titik kordinat yang telah ditentukan dalam petunjuk peta dengan batas – batas pit tertentu.
Grid pemboran yang digunakan dalam operasi kegiatan penambangan merupakan hal terpenting untuk menunjang akurasi data kadar yang akan dilakukan assay dan ditambang sesuai dengan kelayakan kadar tersebut. Semakin kecil grid pemboran yang diterapkan, maka akan semakin akurat data kadar yang akan ditambang. Pada lokasi yang telah dilakukan penambangan, grid awal dari tahapan pengeboran eksplorasi yang dilakukan sebelumnya ialah dengan menggunakan spasi regional dari 200 - 300 meter dan dilanjutkan dengan spasi pendahuluan 100 meter kemudian masuk pada spasi 50 meter (yang telah diterapkan pada PT. Gane Permai Sentosa). Sedangkan untuk menghasilkan data kadar dan data penyebaran serta bentuk (geometri) yang akurat seharusnya ialah dengan menggunakan spasi detail yakni 12.5 meter.
5.4.1. Operasi Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan ialah faktor yang menentukan optimal dan tidaknya kandungan kadar pada bijih nikel sesuai dengan kandungan kadar awal pada kegiatan pemboran eksplorasi. Dalam system operasi penambangan terbuka dengan metode selective mining yang metode pengambilannya memilih bijih/ore sangat berpengaruh pada alat yang digunakan untuk bisa mengoptimalisasi kadar bijih yang akan ditambang dan pada saat penggalian dalam upaya pengontrolan terhadap terjadinya pengotoran (Dillusi)
1. Alat Yang Digunakan
Alat yang digunakan pada areal penambangan blok Loji khususnya pada pit santika yakni 3 (tiga) buah excavator yang terdiri dari 2 (dua) buah excavator PC 200 dengan kapasitas bucket lebih kecil dari pada 1 (satu) buah excavator PC 300 yang dengan kapasitas bucket 14 ton dan 1 (satu) buah alat bulldozer dengan model truck type.
Dari pengamatan dilokasi penelitian, perubahan kadar dapat terjadi karena fungsi excavator tidak sesuai dengan kegiatan selective yang dilakukan. Yang seharusnya kegiatan selective dilakukan dengan menggunakan excavator PC 200 yang kapasitas bucketnya lebih kecil, tetapi selective sering dilakukan dengan menggunakan excavator PC 300 sehingga untuk memilih dan memisahkan ore dari waste sangat sulit dilakukan akibatnya ore sering kali terakumulasi dengan waste. Sedangkan bulldozer yang melakukan stripping overburden (OB) atau pada saat melakukan clearing top ore OB sering kali tertumpah pada areal selective.
2. Pengontrolan Terhadap Pengotoran (Dillusi)
Pengotoran disebabkan karena adanya material yang tidak berharga ikut tercampur dalam bijih. Untuk itu, dengan adanya penyebaran ore saprolit yang tidak merata pada areal penambangan ini, maka biasanya terjadi pula kehilangan bijih. Keadaan penyebaran dan ketebalan bijih yang tidak merata ini, sangat menyulitkan seseorang (Grade Control) dalam mengambil keputusan apakah suatu areal pit cadangan ditambang dan diangkut ke areal stock yard atau tidak ditambang sama sekali. Metode selective mining diakui sangat efektif untuk menghindari terjadinya mining dilution, namun pada prosesnya ada hal – hal yang harus dievaluasi misalnya pada saat pembukaan suatu areal pit cadangan dengan system back filling (penimbunan OB pada lahan bekas) sering kali dilakukan pada blok pit cadangan lain. Akibatnya OB yang didorong kedaerah blok cadangan itu akan mengotor bijih yang ditambang serta sering kali terjadi penggalian bijih diluar blok. Hal inilah yang mengakibatkan kadar yang ditambang terjadi perubahan. Berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi pengotoran bijih, yaitu sebagai berikut :
a. Posisi waste dan badan bijih, dan cuaca
Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air/hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami dillusi dari material yang terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai material waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk massiv atau tidak beraturan.
b. Keadaan bijih
Biasanya bijih yang berbentuk boulder maupun yang berada didekat boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi. Permasalahannya adalah sangat sukar bagi alat untuk melakukan selective terhadap bijih dengan boulder.
5.4.2. Ketelitian Dalam Pengambilan Conto
Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kadar bijih nikel yang akan ditambang adalah cara pengambilan conto. Standarisai pengambilan conto yang telah ditetapkan haruslah menjadi perhatian bagi tenaga lapangan yang bertugas dalam mengambil conto. Untuk mendapatkan conto yang sesuai dengan standarisasi yang ada maka haruslah memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a. Mempersiapkan sarana pendataan dan pengambilan sampel; sekop incerement, kantong, label dll.
b. Tidak dibenarkan memilih – milih sampel yang harus dimasukan ke sekop untuk dijadikan sampel.
c. Besar/beratnya sekop incertement harus sesuai dengan ukuran sekop berdasarkan Japanesse Industrial Standart (JIS).
d. Sampel yang diambil setengah diatas tumpukan.
5.4.3. Kurangnya Perawatan Ore Di Stock Yard
Hal terpenting pada saat ore telah diletakan di stock yard adalah melakukan perawatan ore tersebut. Dimana penimbunan ore di stock yard sudah memiliki beberapa ketentuan, ketentuan utama ore pada saat telah dilakukan penimbunan ialah bahwa ore telah siap untuk dikapalkan.
Ketika tidak adanya perawatan ore di stock yard maka hal – hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Waktu penumpukan ore di stock yard akan membentuk tumpukan, yang setelah itu akan dilakukan penataan ore oleh bulldozer akan tetapi sebelum itu dapat terjadi genangan air ketika tumpukan di stock yard tidak ditutup, hal ini berpengaruh pada perubahan kadar air dan kadar ore itu sendiri.
b. Dapat terjadi campuran antara ore dengan overburden ketika landasan stock yard tidak disetril.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Kadar rata – rata bijih nikel yang diperoleh dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi yaitu sebesar 3.58% saprolit ore, setelah dilakukan kegiatan operasi penambangan maka terjadi perubahan kadar sebesar 2.02% saprolit ore. Dari sinilah perubahan kadar terjadi dari hasil kegiatan eksplorasi sampai kegiatan penambangan dengan presentase perubahan kadar sebesar 77.22%. Dan faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan kadar tersebut adalah :
- Grid Pemboran, yang merupakan unsur penting dalam mengidentifikasi, penyebaran dan bentuk (geometri) bahan galian serta akurasi kadar.
- Faktor operasi kegiatan penambangan, yang berdasarkan pada kekeliruan dalam pengoperasian penggunaan alat – alat mekanis serta kurangnya aktivasi pengontrolan terhadap pengotoran yang terjadi antara ore dan waste.
- Kurangnya ketelitian pada pengambilan conto sebelum ditumpuk ke areal stock yard
- Kurangnya perawatan ore di stock yard.
6.2 Saran
Upaya mengurangi perubahan terhadap turunnya kadar nikel saprolit dapat tercapai dengan memperhatikan masukan – masukan dibawah ini antara lain :
1. Grid Pemboran yang diterapkan
Grid pemboran merupakan kegiatan eksplorasi yang menentukan kadar awal dari suatu kegiatan penambangan sebelum ditambang untuk dijadikan sebagai data kadar yang akurat, sehingga perlu untuk diperkecil spasi pemboran dari 50 meter menjadi 12,5 meter upaya dapat memperoleh akurasi kadar yang tepat.
1. Operasi kegiatan penambangan yang dilakukan.
- Melakukan pengawasan yang intensiv pada saat alat mulai beroperasi, yakni dengan menempatkan posisi alat (excavator) yang sesuai pada saat loading dan selectiv ore, yang mana untuk selectiv harus menggunakan excavator PC200 yang bucketnya lebih kecil dari excavator PC300, agar dapat menghindari dillusi pada saat pengkerukan.
- Alat yang telah melakukan kegiatan loading overburden (OB) harus dibersihkan sebelum melakukan loading ore (upaya mengantisipasi terjadinya pencampuran OB dan ore).
- Bulldozer yang melakukan clean top ore disekitar areal yang akan diselectiv harus berada pada posisi 1 hingga 2 meter untuk tidak terjadinya penumpahan OB ke areal yang akan diselectiv. Setelah itu pengangkutan pemindahan clearingnya dilakukan oleh excavator.
- Pengotoran sering kali mengakibatkan kehilangan bijih karena tercampur dengan waste, untuk itu pihak pengontrol wajib melakukan pengawasan untuk memindahkan ore dengan waste.
- Tidak dibenarkan untuk menimbun overburden (OB) pada lahan yang akan ditambang.
2. Sampel house EFO (Eksportabel Fine Ore) (sebelum analisa laboratorium )
- Sebelum sampel dibawah untuk dianalisa dilaboratorium, tenaga lapangan yang bertugas dalam mengambil conto haruslah mengikuti standarisasi pengambilan conto dengan menggunakan Japanesse Industrial Standart (JIS)
- Posisi alat pengambil conto harus benar – benar bersih dari material lain.
- Sampel yang diambil harus dilakukan pada tiap Dump Truck (DT) untuk menghasilkan besarnya kadar yang lebih akurat.
3. Perawatan ore di stock yard
- Areal stock yard harus berada dalam keadaan bersih dari potongan – potongan kayu dan boulder yang ukurannya lebih besar dari ore.
- Landasan untuk penumpukan ore harus disetril/dibersihkan agar tidak terakumulasi dengan material yang menyebabkan terjadinya perubahan kadar.
- Hasil tumpukan ditutup agar tidak terjadinya genangan air pada tumpukan.
- Membuat aliran genangan air pada sekitar areal tumpukan.

5 komentar:

  1. artikelnya sangat bagus, mohon ijin ya di copy untuk pribadi

    BalasHapus
  2. sorry kalau boleh tau teori dasar tentang dilusi atau penurunan kadar boleh di share ga?

    BalasHapus
  3. Boleh share materi tenteng blending ???

    BalasHapus
  4. Teerimakasih share pengetahuannya...

    BalasHapus
  5. mau file documentnya dong kalau boleh kirim ke email putriyantihalda@gmail.com

    BalasHapus